Pameran Lukisan di Balai Pemuda
Lima Seniman Melukis Bareng
Senin, 12 Mei 2014 00:55 WIB
SURYA
Online, SURABAYA – Musik pelog dari dentingan piano sempat mengalun di sudut
ruangan Balai Pemuda Surabaya, Minggu (11/5/2014). Musik piano itu dimainkan oleh
pelukis Surabaya, Teddy Atom.
Empat orang
rekannya, Winarno, Iwan Mas’ud, Edie Surpiyanto, dan Widdy Endrayanto,
mengelilingi piano itu dan meresapi dentingan nadanya. Seolah, kelima pelukis
ternama di Kota Pahlawan ini sedang kontemplasi memunculkan daya imajinasi.
Kelima
pelukis ini memang tengah melakukan pameran lukisan di Balai Pemuda, bertajuk
Rana Kehidupan.
Namun,
kelimanya akan membuat sebuah lukisan kolaborasi yang sedianya dipersembahkan
untuk merayakan HUT Kota Surabaya, 31 Mei mendatang.
Usai
mendengarkan musik, Teddy mengeluarkan kanvas besar berukuran 2,5 x 1,5 meter.
Kanvas itu disandarkan ke sebuah kursi bamboo untuk menahan beban ketika mereka
melukis.
Goresan awal
dilakukan Widdy Endrayanto yang membuat garis pola buaya di sisi kanan kanvas.
Teddy langsung memberi aksen keras dengan menorehkan cat akrilik warna merah
bercampur hijau dan cokelat untuk mewarnai karakter buaya itu.
Winarno,
Iwan, dan Edie, mulai menggarap gambar hiu di sisi kirinya. Iwan menerangkan
hiu dan buaya merupakan simbol Kota Surabaya yang melambangkan keberanian,
perjuangan, dan kekuatan.
Hiu dan
buaya sudah menjadi sikap hidup warga Surabaya yang berani menghadapi hal yang
bahkan tak mungkin sekalipun.
Penjelasan
Iwan merujuk pada perang 10 November, di mana arek-arek Suroboyo mengangkat
senjata melawan tentara NICA yang membonceng pasukan Inggris.
“Kita bisa
dibilang tak punya kesempatan menang, tapi akhirnya jaya. Lukisan kami ini
mengambil spirit semangat itu untuk Surabaya yang lebih baik lagi,” kata Iwan
usai melukis.
Yang
menarik, pelukis Teddy Atom melepaskan ikatan rambutnya dan mulai memberikan
cat. Beberapa saat kemudian, Teddy mulai mengibaskan rambutnya ke kanvas untuk
memberi tone akhir pada lukisan itu.
Aksi ini
menarik perhatian warga yang melintas Jalan Pemuda untuk berhenti sejenak dan
memperhatikan Teddy melukis menggunakan rambutnya sebagai kuas.
tidak butuh waktu lama, sekitar 45 menit, lukisan itu jadi dan sepakat diberi
judul Rana Kehidupan.
“Setiap
orang punya cara memberikan sesuatu kepada tanahnya. Yang kami lakukan adalah
dengan lukisan,” tandas Winarno.
Widdy
menambahkan jika ada yang berminat, lukisan ini akan dijual. Uang penjualannya
itu akan disumbangkan ke orang-orang yang membutuhkan.
Terkait
pameran lukisan, Eddie menjelaskan ada 27 lukisan yang dibuat oleh mereka
berlima. Lukisan-lukisan itu menggambarkan aktivitas sehari-hari manusia dan
kehidupan binatang.
Eddie
menuturkan semua lukisan di pameran yang berlangsung hingga akhir Mei ini
dijual seharga Rp 5 jutaan jika ada yang tertarik.